Fenomena Mal Sepi: Migrasi ke Platform Online
teguh arief
Fenomena mal sepi karena masyarakat telah migrasi ke platform online di Pusat Elektronik Glodok. Foto: CNBC Indonesia.
Jakarta, Properti2 - Seperti properti di Jakarta, Singapura juga mengalami fenomena mal sepi. Selain karena pandemi Covid-19 yang lalu, para tenant banyak migrasi ke platform online.
Mal-mal Jakarta
Fenomena mal sepi kini tak asing lagi di Jakarta. Mal-mal yang dulunya pusat perbelanjaan legendaris, tempat nongkrong, kini lengang, diisi kios-kios yang sebagian besar tutup.
CNBC Indonesia menyebutkan diantaranya Mal Ratu Plaza, Plaza Semanggi, Pusat Elektronik Glodok, dll.
Penampakan ini semakin marak ketika pandemi Covid-19 merebak. Mal beberapa tahun lalu selalu ramai pengunjung, hingga memicu kepadatan arus lalu lintas, kini seakan tak menyisakan kejayaannya lagi.
Di saat bersamaan, Jakarta dan sekitarnya juga masih dipadati munculnya mal-mal baru dengan konsep modern.
Diwartakan CNCB Indonesia, Glodok City yang sempat hits di Jakarta ini, saat ini lengang di setiap lantai.
Para pedagang pun mengakui bahwa fenomena mal sepi (Pusat Elektronik Glodok) sudah terjadi sejak pandemi, kala itu satu per satu penyewa kios pergi. Magis pasar ini sebagai toko elektronik pun kian turun, akibatnya pedagang tidak lagi mengandalkan penjualan langsung (migrasi ke platform online).
Mengenai "Glodok" menurut Staff ahli Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Belanja Indonesia (HIPPINDO), Yongky Susilo menyinggung konsep mal harus update.
Untuk menarik pengunjung, Yongky mengatakan bahwa masyarakat lebih senang berpergian untuk belanja sembari melakukan aktivitas sosial. Sebagian masyarakat juga banyak yang telah migrasi ke platform online untuk memenuhi kebutuhan barang elektroniknya.
Meski demikian, ada kecenderungan masyarakat mulai mencari langsung ke toko untuk mendapatkan pengalaman berbeda. Karena itu, pengelola mal harus berbenah untuk menangkap peluang ini.
Mal-mal Singapura
Sebut saja Cineleisure Orchard, Singapura yang populer di kalangan anak muda pada masa jayanya kini nyaris sepi.
Salah satu pemilik toko mengatakan dapat mempertahankan bisnisnya dengan fenomena mal sepi karena memiliki pengikut online yang terbilang baik, dan mengandalkan pembeli online (platform online), daripada pembeli yang datang langsung.
Dan fenomena mal sepi juga disebutkan oleh The Straits Times akibat pandemi Covid-19 yang lalu.
Tepat di samping Cineleisure Orchard, Mal Scape juga hampir kosong atau kurang dari 10 penyewa yang beroperasi.
Pemilik toko lain mengatakan bisnisnya tutup selama pandemi Covid-19, meskipun biaya sewa setiap bulan tetap diperbaharui dan naik.
Konsultan real estate Knight Frank Singapore, Ethan Hsu mengatakan The Cathay dan Cineleisure Orchard sangat populer di masa lalu, sementara kondisi saat ini ia mengesankan fenomena mal sepi.
Hal ini dikarenakan tenant mal yang sangat condong ke sektor hiburan.
Hsu mencatat bahwa sektor hiburan sangat terpengaruh selama pandemi Covid-19 dengan aturan jaga jarak aman.
Sementara sektor ritel telah migrasi ke platform online untuk menghemat sewa dan biaya operasional lainnya.
Untuk menghadapi fenomena mal sepi diantaranya, pengelola mal akan merombak konsep desain dan meningkatkan pengalaman berbelanja yang lebih menarik di masa akan datang.